Foto: AFP/SAUL LOEB |
Rumahleo.com Presiden China Xi Jinping membongkar beberapa rencananya atas Taiwan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pertemuan keduanya November lalu. Ini disampaikan oleh tiga pejabat AS dalam sebuah wawancara dengan NBC.
Selama pembicaraan, diungkapkan China berniat agar bersatu kembali dengan Taiwan. Beijing disebutkan masih ingin melakukannya secara damai dan meminta Washington agar tidak ikut campur dalam proses tersebut.
"Selama pembicaraan, Xi blak-blakan dan terus terang tentang masalah ini tetapi tidak terdengar konfrontatif," ujar para pejabat itu, dikutip dari Russia Today, Jumat (22/12/2023).
Xi juga mengaku prihatin terhadap kandidat yang mencalonkan diri sebagai presiden pulau tersebut pada pemilu mendatang. Ini sesuai dengan sikapnya beberapa waktu lalu yang bereaksi tajam terhadap komentar beberapa politisi pro-kemerdekaan Taiwan menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan bulan depan.
"Menjelang pertemuan puncak di San Francisco pada November, Beijing juga meminta Washington untuk membuat pernyataan publik yang mendukung reunifikasi damai Taiwan dengan China dan menentang kemerdekaan
pulau yang memiliki pemerintahan mandiri tersebut," tambah pejabat itu kepada NBC.
"Gedung Putih menolak melakukan hal tersebut."
Ketika ditanya oleh Biden untuk menghormati proses pemilu di Taiwan selama KTT tersebut, Xi menjawab dengan mengatakan bahwa perdamaian "semuanya baik-baik saja" tetapi Beijing bersedia untuk terus maju dalam menyelesaikan masalah Taiwan.
"Presiden China masih menolak klaim militer AS bahwa China bersedia merebut Taiwan pada tahun 2025 atau 2027. Kerangka waktu pasti untuk proses tersebut tidak ada sama sekali," jelasnya, menurut para pejabat.
Pada Februari, direktur CIA William Burns mengklaim bahwa Xi telah memerintahkan militer China untuk siap melancarkan operasi melawan Taiwan pada tahun 2027.
Pada November lalu, Xi masih menyatakan bahwa China ingin bersatu kembali dengan Taiwan secara damai. Pada bulan Oktober 2022, presiden China mengakui kemungkinan Beijing akan menyerang Taiwan jika pulau tersebut mendeklarasikan kemerdekaan.
Biden sendiri memuji KTT pada bulan November sebagai KTT yang "paling produktif" dalam beberapa tahun terakhir. Dalam pertemuan tersebut, Washington dan Beijing sepakat untuk memulihkan komunikasi antara militer mereka.
Pada awal Desember, China sekali lagi meminta AS untuk menjauhi masalah Taiwan dan tetap berpegang pada kebijakan Satu China ketika Menteri Luar Negeri Wang Yi berbicara dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken melalui telepon. Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian integral dari wilayahnya berdasarkan prinsip Satu China.